Thursday, September 21, 2023

TARI SIGEH PENGUTEN BERASAL DARI LAMPUNG

 



Tari Sigeh Penguten

merupakan salah satu tari kreasi baru dari daerah Lampung. Awalnya tari ini bernama tari Melinting dan tari Sembah, namun baik tari Melinting maupun tari Sembah telah dikukuhkan namanya menjadi tari Sigeh Penguten. Tari Sigeh Penguten merupakan perpaduan budaya antara kedua suku Lampung yakni Pepadun dan Saibatin. Melalui Peraturan Daerah, tari Sigeh Penguten diresmikan sebagai tarian Lampung dalam penyambutan tamu penting. Tarian ini dipentaskan dalam setiap pembukaan acara baik formal maupun non formal. Tari Sigeh Penguten memiliki keunikan tersendiri yang terdapat pada gerak, iringan, tata rias dan busana.

Tari Sigeh Penguten memiliki makna yang terkandung didalamnya. Makna tersebut adalah makna gerak yang mengandung falsafah Melayu Piil Pesengiri, iringan sebagai persembahan
, tata rias yang memiliki makna keceriaan dan busana yang mewakili kedua suku yakni Pepadun dan Saibatin. Selain itu properti yang digunakan dalam tari Sigeh Penguten yakni tepak memiliki makna tersendiri dalam penggunaannya. Tepak berisi sekapur sirih nantinya akan diberikan kepada salah satu tamu yang dianggap mewakili seluruh tamu. Hal ini sebagai ucapan selamat datang dan terima kasih dari tuan rumah kepada para tamu yang telah hadir dalam acara tersebut.

Proses lahirnya tari Sigeh Pengunten tak lepas dari realitas budaya Lampung yang ter-dikotomi (pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan) menjadi Pepadun dan Peminggir. Kedua adat yang memiliki kekhasan tersendiri sama-sama merasa paling layak merepresentasikan Lampung. Tari Sigeh Penguten merupakan sintesis (perpaduan atau campuran) dari dua identitas kebudayaan yang ada di Lampung. Tari ini menyerap gerak tarian baik dari adat Pepadun maupun adat Peminggir menjadi satu kesatuan yang harmonis dan dapat diterima masyarakat luas.

Salah satu ciri dalam tari Sigeh Penguten yang merupakan unsur asli dari tari sembah adalah aksesori yang dikenakan para penari. Sesuai namanya, aksesori utama yang digunakan adalah siger– mahkota berwarna emas yang telah menjadi identitas daerah Lampung. Aksesori lain yang digunakan pada jemari tangan penari Sigeh Penguten adalah tanggai, yaitu penutup jari berbentuk kerucut berwarna emas. Selain kedua aksesori tadi, penari Sigeh Penguten juga mengenakan papan jajar, gelang kano, gelang burung, kalung buah jukum, dan pending.

TARI COKEK DARI BETAWI DKI JAKARTA


 Tari Cokek adalah tari tradisional nusantara yang berasal dari budaya Betari tempo dulu. Dewasa ini, orkestra atau gambang kromong umum digunakan sebagai pengiring pertunjukan dari tarian, seperti tari Sembah Nyai, tari Sirih Kuning dan lain sebagainya. Pada umumnya, tari Cokek ditarikan secara berpasangan oleh penari laki-laki dan penari perempuan.

Tari Cokek biasa diwarnai oleh oleh budaya Tionghoa, sehingga kostum atau busana yang dikenakan oleh para penari pun khas dan kostumnya disebut sebagai cokek. Tari Cokek ini, dinilai seperti sinetron dari Cirebon dan sejenis ronggeng yang ada di Jawa Tengah. Tari ini juga sering kali identik dengan keerotisan penarinya.Tari Cokek memiliki keunikan dan sejarahnya tersendiri yang menambah nilai pada tari nusantara khas Betawi satu ini. 

MAKNA TARI COKEK

Tari Cokek adalah tarian yang berasal dari budaya Betawi tempo dulu. Dewasa ini, orkestra atau gambang kromong biasanya digunakan untuk mengiringi pertunjukan tarian seperti tari Sembah, tari Sirih Kuning dan tarian lainnya.

Tari Cokek ini mirip seperti sinetron dari Cirebon atau sejenis ronggeng yang ada di Jawa Tengah dan sering kali identik dengan keerotisan dari penarinya. Ada hal unik dari tari Cokek, jika biasanya tari tradisional adalah pembuka dari suatu pertunjukan seperti wayang, tetapi pertunjukan tari Cokek justru dibuka dengan wewayangan. Setelah itu, para penari akan mengajak tamu untuk menari bersama dengan mengalungkan selendang atau sampirnya. Tamu pertama yang akan diajak menari adalah tamu terhormat lebih duluKemudian, apabila tamu tersebut bersedia untuk ikut menari, maka mulailah penari dan tamu menari secara berpasang-pasangan. Setiap pasangan akan berhadapan pada jarak yang dekat, namun tidak bersentuhan.

Ada kalanya para pasangan akan saling membelakangi. Jika tempatnya cukup luas, maka para penari akan menari dengan gerakan memutar dalam sebuah lingkaran. Pakaian dari penari Cokek, pada umumnya terdiri dari baju kurung serta celana panjang yang terbuat dari bahan semacam sutra dengan warna.

Ada berbagai macam warna selendang yang dikenakan oleh penari, seperti hijau, merah, kuning, ungu, biru, merah muda dan lainnya. Pada ujung sebelah bawah celana panjang penari, biasanya akan diberi hiasan dengan kain yang berwarna serasi. Selembar selendang panjang akan terikat pada bagian pinggang dengan kedua ujung yang terurai ke bawah rambutnya yang telah disisir dengan rapi dan licing ke belakang. Ada juga rambut penari yang dikepang, lalu disanggul dengan bentuk cukup besar dan dihias dengan menggunakan tusuk konde bergoyang.


Tari Cokek merupakan tarian yang memadukan tatapan yang tajam dan ekspresi yang genit dari para penarinya, sehingga tari Cokek memiliki kesan seperti memikat para tamu laki-laki untuk ikut serta menari atau disebut dengan ngibing. Oleh sebab itu, tari Cokek memiliki fungsi sebagai tari pergaulan.
Penonton yang diajak untuk ngibing, biasanya akan diberi minuman seperti tuak agar merasa bersemangat ketika menari bersama. Kesenian tari Cokek ini pada mulanya hanya dipertontonkan untuk tamu dari China atau hajatan yang diadakan oleh masyarakat Tionghoa saja, pemilik kelompok dari tari Cokek pun biasanya berasal dari cukong dan keturunan Tionghoa.

Penari Cokek memiliki pemimpin yang tugasnya adalah memberi perintah kepada para penari untuk melayani tamu. Para penari akan menggerakan pinggulnya dengan gemulai seperti seolah-olah berusaha merayu penonton. Oleh karena itulah, penari Cokek juga biasa disebut sebagai perempuan penghibur atau Cabo dalam bahasa Betawi. Seiring dengan berjalannya waktu, berbagai pendapat pun mulai bermunculan tentang tari Cokek. Tari ini mendapatkan banyak dukungan maupun kecaman dari masyarakat. Kecaman muncul karena banyak gerakan dalam tari Cokek yang dinilai sensual serta mengandung nilai moral yang dianggap kurang baik. Gerakan yang kurang pantas tersebut adalah seperti goyangan pada pinggul bawah hingga atas yang dilakukan oleh para penari. Untuk mendapatkan sejumlah uang, penari akan menari tamu untuk menari bersama. Lalu munculah kepercayaan bahwa laki-laki yang diajak ngibing oleh penari Cokek tidak dapat kembali ke rumah.

Terlepas dari gerakan yang dinilai sensual tersebut, tari Cokek memiliki makna positif apabila dilihat lebih jauh menurut gerakan tarinya. Berbagai gerakan memberi makna tersendiri pada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri maupun kepada sesama manusia. Sehingga tari Cokek adalah tarian yang memiliki nilai filosofis yang cukup kuat.

SEJARAH TARI COKEK

sejarah dari tari Cokek sendiri bermula pada sekitar awal abad ke 19 yang dibawa oleh para pedagang dari Tiongkok bersama dengan Tan Sio Kek yang sering menyelenggarakan pesta di rumahnya. Ketika acara pesta tersebut ia gelar, ia memberi permainan khas dari Tiongkok dengan menggunakan instrumen rebab dua dawai yang dipadukan dengan alat-alat musik tradisional khas Betawi, seperti gong, kendang dan suling.

Dari berbagai iringan musik, menghasilkan irama yang membuat para tamu undangan ikut menari dengan mengikuti irama yang tercipta. Oleh karena itulah, lal tercipta sebuah tari Cokek yang diciptakan oleh Tan Sio Kek. Nama Cokek sendiri diambil dari kata cukin yang artinya adalah selendang. Sesaat sebelum tari Cokek mulai dikenal secara lebih luas dengan sebutan Cokek, pada mulanya tari ini lebih dikenal dengan nama tari Sipatmo yang dipentaskan ketika upacara adat di Vihara maupun Klenteng.

Menurut pendapat lainnya, tari Cokek mulanya adalah tarian yang dikembangkan oleh para tuan tanah China hingga menjelang Perang Dunia II. Kelompok tari tersebut masih dimiliki oleh orang-orang keturunan China. Ada juga yang mengartikan kata cokek sebagai seorang penyanyi yang merangkap tugas sebagai seorang penari dan biasanya, cokek dipanggul untuk memeriahkan suatu kenduri, perayaan maupun ketika ada hajatan. Para Cokek, di samping memeriahkan suasana pesta dengan nyanyian-nyanyian serta tarian, mereka juga akan membantu para tamu dalam perjamuan contohnya seperti membantu menuangkan minuman, menambah nasi atau lauk pauk disertai dengan gerakan atau sikap yang luwes.

Pada perkembangan selanjutnya, cokek diartikan pula sebagai tarian pergaulan yang diiringi oleh orkes gambang kromong dengan penari perempuan yang disebut dengan nama wayang cokek. Para tamu undangan, biasanya diberi kesempatan untuk ikut menari bersama secara berpasangan dengan para penari Cokek. Orang-orang Betawi kemudian menyebutkan dengan nama ngibing Cokek. Selama tarian ngibing ini, biasanya mereka juga akan minum minuman keras sebagai penambah semangat.

Menurut buku Batavia 1740 – Menyisir Jejak Betawi (2010) yang ditulis oleh Windoro Adi, para penari Cokek biasa belajar menari dari sejumlah guru tari khusus yang datang dari China. Sehingga, tidak heran apabila tari Cokek didominasi dengan gerakan tarian China. Pada zaman dahulu, para penari Cokek biasanya adalah perempuan belai yang menjadi seorang budak.

Tari Cokek adalah salah satu bentuk dari tari pergaulan bagi masyarakat Betawi sebagai perpaduan antara nilai kebudayaan Betawi dan masyarakat luar. Menurut situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), tari Cokek digelar pada perayaan pernikahan, selamatan keluarga maupun acara hiburan yang lain. Sebagai hiburan kesenian yang sifatnya adalah pergaulan, tari Cokek merupakan tari tradisional yang cukup populer dan berkembang di Jakarta dan daerah sekitar, seperti Tangerang maupun Bekasi. Saat ini, tari Cokek tidak hanya didominasi oleh masyarakat keturunan China saja, tetapi juga warga pribumi yang berbaur dengan warga dari keturunan China, baik sebagai pemainnya dalam grup seni maupun sebagai penonton tari Cokek.

PROPRTI TARI COKEK

1. Penari Cokek biasa menggunakan properti seperti baju kurung dengan celana panjang yang biasanya memiliki satu warna. Pemilihan warna untuk properti dari penari Cokek, biasanya adalah warna merah, biru, kuning, merah muda ataupun ungu.

2. Pada bagian bawah celana, biasanya dilengkapi dengan hiasan yang memiliki warna selaras dengan celana penari. Penari juga biasanya akan mengenakan selendang panjang yang dikenakan pada bagian pinggang dan membiarkan selendang tersebut terurai ke bawah. Tujuannya adalah agar mudah dikibaskan ketika menari Cokek.

3. Rambut para penari Cokek, akan disisir dengan rapi, namun ada pula yang dibuat kepang. Lalu penari akan mengenakan sanggul yang berukuran cukup besar dan ditambahkan dengan hiasan tusuk konde yang akan bergoyang ketika penari menari. Kemudian ditambah hiasan berupa benang wol yang telah dikepang atau dirajut. Menurut istilah, hiasan tersebut disebut dengan nama burung hong.

Burung hong menurut istilah berasal dari serapan kata yaitu feng huang yang berasal dari bahasa Hakka, dari China Daratan. Feng huang merupakan sebuah burung mitologis, seperti burung phoenix yang dipercayai oleh masyarakat Tiongkok dapat membawa keberuntungan. Selain properti busana, para penari cokek akan menari dengan musik iringan. Beberapa alat musik yang digunakan adalah gambang kromong, kendang, kecrek, sukong, kongahyan, tehyang, gong, suling dan lain sebagainya.
Selain busana, iringan musik, properti paling penting dalam pertunjukan tari Cokek adalah panggung.
Dalam pertunjukan tari Cokek, panggung akan disetting sedemikian rupa sehingga terlihat lebih menarik serta luas. Karena ketika penari Cokek menari, nantinya tidak hanya para penari saja yang menempati panggung tersebut, tetapi akan diisi pula dengan para tamu undangan yang diajak menari bersama atau ngibing. Para musisi yang memiliki tugas untuk memegang gambang kromong jumlahnya ada kurang lebih 7 orang, para musisi tersebut akan menempati lokasi pada bagian samping ataupun pada belakang panggung dengan berkelompok. Ada pula para penari yang biasanya terdiri dari 5 atau 10 orang perempuan yang berjejer dengan memanjang di atas panggung dan mengikuti irama maupun ritme musik yang dibawakan.

PERTUNJUKAN TARI COKEK DAN POLA LANTAI

Sebelum pertunjukan dari tari Cokek dimulai, biasanya akan diawali dengan wewayang lebih dulu. Di mana para penari Cokek akan berjejer memanjang sambil melangkah maju dan mundur mengikuti irama dari gambang kromong. Tangan penari Cokek akan merentang setinggi bahu, kemudian mengikuti gerakan kaki. Lalu para penari akan mengajak penonton untuk menari bersama. Cara adalah dengan mengalungkan selendang pada tamu yang dianggap terhormat. Dari penjelasan pertunjukan tari Cokek tersebut, Grameds tentu sudah mengetahui bahwa pola lantai dari tari Cokek adalah horizontal serta vertikal, namun apabila panggung dirasa cukup lebar dan luas, maka akan ada pola melingkar.

GERAKAN TARI COKEK

1. TANGAN KE ATAS
Gerakan tangan ke atas pada tari Cokek menggambarkan bahwa manusia hanya dapat meminta, memohon dan menggantungkan dirinya pada kehendak Tuhan Yang Maha Esa, agar seluruh harapan maupun permintaan manusia dapat dikabulkan. Selain itu, gerakan tangan ke atas, juga menggambarkan hamba yang berdoa pada Sang Kuasa, dikarenakan hanya pada Tuhan lah manusia dapat memohon dan berharap.

2. TANGAN MENUNJUK KE KENING
Gerakan kedua ini menggambarkan bahwa manusia harus selalu berpikir dengan baik dan tidak memiliki prasangka buruk, sebelum mengetahui kebenaran terhadap suatu hal apapun. Ketika manusia mulai berburuk sangka, maka manusia tidak akan memperoleh kebaikan. Buruk sangka adalah sifat yang mampu menciptakan kebencian pada sesama manusia.

3. GERAK TANGAN MENUTUP MULUT
Gerakan ketiga dalam tari Cokek ini menggambarkan bahwa manusia harus selalu berkata hal-hal baik saja. Apabila manusia tidak mampu berkata baik, maka lebih baik ia diam. Gerakan ini mengingatkan manusia agar mereka tidak saling menyakiti satu sama lainnya dan memulainya dari menjaga perkataan agar tidak menyakiti perasaan orang lain.

4. GERAKAN TANGAN MENUNJUK KR ARAH MATA
Gerakan selanjutnya dalam tari Cokek ialah gerakan menunjuk ke arah mata yang memiliki makna, bahwa manusia harus selalu menjaga pandangan atau penglihatannya dari segala sesuatu yang buruk. Sebab mata adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, oleh sebab itulah gerakan dari tangan menunjuk ke arah mata ini ditunjukan agar manusia selalu bersyukur dengan menggunakan matanya untuk hal-hal yang baik saja.

Tuesday, September 19, 2023

TARI GANDRUNG BERASAL DARI BANYUWANGI JAWA TIMUR



 SEJARAH TARI GANDRUNG



Kesenian gandrung dari Banyuwangi muncul bersamaan dengan dibabatnya hutan Tirtagondo atau Tirta Arum untuk membangun ibu kota Balambangan sebagai pengganti dari Pangpang atau Ulu Pangpang atas prakarsa dari bupati pertama Banyuwangi yaitu Mas Alit yang dilantik pada tanggal 2 Februari 1774 di Ulu Pangpang.

Tentang asal dari kesenian gandrung tersebut, Joh Scholte dalam makalahnya yaitu Gandroeng Van Banyuwangi 1926, Bab Gandrung Lelaki antara lain menulis sebagai berikut ini: Asalnya ada lelaki jejaka yang bernama Marsan dan ia keliling ke desa-desa bersama dengan pemain musik yang memainkan kendang dan terbang. Sebagai penghargaan dari permainan tersebut, mereka akhirnya diberi hadiah berupa beras yang mereka bawa dalam sebuah kantong.

Apa yang ditulis oleh Joh Scholte dalam makalahnya tersebut, tidak jauh berbeda dengan cerita tutur yang disampaikan secara turun temurun, bahwa gandrung pada mulanya dilakukan oleh kaum laki-laki bernama Marsan yaitu penari gandrung pertama. Mereka membawa peralatan musik berupa kendang dan beberapa rebana atau terbang.

Setiap hari, para Marsan ini berkeliling dan mendatangi tempat-tempat yang dihuni oleh sisa rakyat Belambangan yang berada di sebelah timur atau saat ini daerah tersebut meliputi Kab. Banyuwangi.

Konon, pada saat itu, sisa rakyat yang tinggal di daerah tersebut hanyalah mencapai 5000 jiwa, karena peperangan yaitu penyerbuan kompeni yang dibantu oleh Mataram serta Madura pada sekitar tahun 1767 untuk merebut Blambangan dari kekuasaan Mengwi, hingga berakhirnya perang Bayu yang cukup sadis, keji maupun brutal dan dimenangkan oleh Kompeni pada 11 Oktober tahun 1772.

Menurut cerita, jumlah rakyat yang tewas, melarikan diri maupun menjadi tawanan, hilang dan lainnya tidak tentu. Beberapa rakyat mungkin dibuang atau di selong oleh Kompeni dan diperkirakan mencapai hingga lebih dari 60.000 jiwa.

Sementara itu, sisanya yaitu 5000 jiwa rakyat hidup terlantar dengan keadaan yang memprihatinkan, terpencar di desa-desa, di pedalaman atau bahkan banyak yang memutuskan untuk berlindung di hutan. Mereka adalah para orang tua, janda, anak-anak yang yatim piatu. Beberapa ada yang memilih untuk menyingkir dan melarikan diri ke negeri lain seperti Mataram, Madura, Bali dan lainnya.

Setelah pertunjukan dari gandrung selesai, para Marsan menerima semacam imbalan dari penduduk yang mampu, seperti beras maupun hasil bumi lainnya. Sebenarnya yang tampak sebagai imbalan tersebut adalah sumbangan yang nanti akan dibagikan pada orang-orang yang keadaannya sangat memprihatinkan di pengungsian serta sangat memerlukan bantuan, baik mereka yang mengungsi di daerah pedesaan, di pedalaman maupun yang memilih untuk bertahan hidup di hutan dengan segala penderitaan, meskipun perang telah usai.

Mengenai orang-orang yang bersikeras hidup di hutan dengan keadaan memprihatinkan tersebut, pernah disinggung oleh C. Lekkerkerker yang menulis tentang beberapa kejadian usai Bayu dapat dihancurkan oleh gempuran dari Kompeni pada tanggal 11 Oktober 1772.

Apa yang dituliskan adalah sebagai berikut ini, pada tanggal 7 November 1772 sebanyak 2505 orang laki-laki dan perempuan telah menyerahkan dirinya pada Kompeni, Van Wikkerman mengatakan, bahwa Schophoff telah menyuruh orang-orang tersebut untuk menenggelamkan tawanan laki-laki yang dituduh mengobarkan amukan masyarakat dan memakan daging dari mayat Van Schaar.

Dikatakan pula, bahwa orang-orang Madura telah merebut para perempuan serta anak-anak sebagai hasil perang. Sebagian dari mereka yang berhasil melarikan diri ke dalam hutan telah meninggal karena kesengsaraan yang mereka alami. Sehingga udara pun tercemar oleh mayat-mayat yang membusuk hingga jarak yang cukup jauh.

Berkat munculnya gandrung, seni ini kemudian dimanfaatkan sebagai alat perjuangan yang setiap saat mengadakan pementasan dengan mendatangi tempat-tempat yang dihuni oleh sisa rakyat yang hidup berpencar-pencar di pedesaan, di pedalaman maupun yang menetap di hutan.

Setelah gandrung datang menampilkan pentas tari, orang-orang yang menderita di hutan pun mulai ingin kembali ke kampung halamannya, mulai membentuk kehidupan baru atau ikut membabat hutan Tirta Arum dan kemudian tinggal di ibu kota baru yang dibangun atas prakarsa dari Mas Alit.

Setelah ibu kota baru selesai dibangun, ibu kota tersebut dikenal dengan nama Banyuwangi sesuai dengan konotasi dari nama hutan yang telah di babad yaitu Tirta Arum.

Dari keterangan tersebut, maka terlihat jelas bahwa tujuan dari kelahiran kesenian tari gandrung ialah untuk menyelamatkan sisa rakyat yang telah dibantai habis-habisan oleh Kompeni dan membangun lagi bumi Belambangan di sebelah timur yang telah hancur karena seruan Kompeni.

Setelah mengucapkan nazar tersebut, ternyata akhirnya Semi sembuh dari penyakitnya dan sesuai dengan sang ibu, mak Semi pun dijadikan sebagai Seblang dan memulai babak baru dengan ditarikannya gandrung oleh seorang perempuan.

Menurut catatan sejarah, tari gandrung pertama kali ditarikan oleh para laki-laki yang berdandan seperti perempuan, sedangkan menurut laporan dari Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tari gandrung lanang adalah kendang.

Pada masa tersebut, biola juga digunakan. Akan tetapi, gandrung laki-laki ini makin lama semakin hilang dari Banyuwangi tepatnya pada sekitar tahun 1890-an dan diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau laki-laki yang berdandan seperti perempuan.

Tari gandrung laki-laki pun benar-benar lenyap pada tahun 1914, usai penari terakhir laki-laki yaitu Marsan meninggal dunia. Menurut sejumlah sumber, kelahiran dari tari gandrung ditujukan sebagai hiburan semata, terutama bagi para pembabat hutan dan mengiringi upacara untuk meminta selamat karena proses pembabatan hutan yang angker.

Tradisi gandrung yang dilakukan Semi, lalu diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggung. Kesenian ini lalu semakin berkembang di daerah Banyuwangi yang lain dan kemudian menjadi ikon khas di daerah setempat.

Pada mulanya, gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan dari penari gandrung sebelumnya saja, akan tetapi sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis muda yang bukan keturunan dari gandrung ikut mempelajari tari gandrung dan menjadikannya sebagai sumber dari mata pencaharian, selain untuk mempertahankan eksistensi tari gandrung yang makin terdesak pada akhir abad ke 20.

PERKEMBANGAN TARI GANDRUNG

Meskipun tari gandrung laki-laki yang ditarikan oleh Marsan telah punah, tetapi tari gandrung perempuan masih eksis hingga saat ini di Banyuwangi. Kesenian gandrung di Banyuwangi masih terus berkembang, meskipun diera globalisasi saat ini.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga mulai mewajibkan setiap siswa-siswanya mulai dari SD hingga SMA untuk mengikuti ekstrakurikuler kesenian Banyuwangi. Salah satu di antaranya ialah mewajibkan tari Jejer yaitu sempalan dari pertunjukan gandrung Banyuwangi.

Kebijakan ini menjadi bentuk perhatian pemerintah Kabupaten Banyuwangi pada seni budaya lokal yang sebenarnya telah mulai terdesak oleh pentas populer lainnya seperti campursari maupun dangdut.

Sejak tahun 200, antusiasme seniman dan budayawan Dewan Kesenian Blambangan pun semakin meningkat. Gandrung dalam pandangan kelompok ini merupakan kesenian yang memiliki nilai historis komunitas Using yang terus menerus tertekan secara struktural maupun kultural. Maka dengan kata lain, gandrung merupakan bentuk perlawanan kebudayaan daerah dari masyarakat Using.

Sementara itu, di sisi lain, penari gandrung tidak pernah lepas dari prasangka maupun citra negatif di tengah masyarakat luas. Beberapa kelompok sosial tertentu, terutama kaum santri menilai, bahwa penari gandrung perempuan dinilai memiliki citra negatif dan mendapat perlakuan yang tidak pantas, tersudut, terpinggirkan atau bahkan mendapatkan diskriminasi pada kehidupan sehari-hari.

Sejak Desember 2000, tari gandrung pun resmi menjadi maskot pariwisata Banyuwangi yang disusul dengan pematungan gandrung yang dipajang di berbagai sudut kota maupun desa.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga memprakarsai promosi dari gandrung untuk dipentaskan di beberapa tempat, contohnya seperti Jakarta, Surabaya hingga ke luar negeri seperti Hongkong dan Amerika Serikat.

TATA BUSANA TARI GANDRUNG

Tata busana para penari gandrung Banyuwangi cukup khas dan berbeda dengan busana dari tarian daerah Jawa yang lainnya. Ada pengaruh dari Kerajaan Blambangan yang tampak dalam tata busana tari gandrung ini. Berikut penjelasannya.

1. BAGIAN TUBUH

Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru dengan warna hitam, kemudian baju tersebut dihias dengan ornamen kuning keemasan dan manik-manik mengkilat serta berbentuk leher botol yang melilit pada bagian leher hingga dada. Sementara itu, pada bagian pundak dan separuh punggung dari busana tari gandrung dibiarkan terbuka.

Pada bagian lehernya, dipasang ilat-ilatan yang menutup pada tengah dada yang berfungsi sebagai hiasan di bagian atas tubuh. Pada bagian lengan, baju dihias dengan satu buah kelat bahu dan pada bagian pinggang, dihias dengan menggunakan ikat pinggang serta sembong dan tambahan hiasan kain berwarna-warni sebagai aksen pemanis kostum, ada pula tambahan selendang yang selalu dikenakan oleh penari pada bagian bahu.

2. BAGIAN KEPALA

Tidak hanya busananya saja yang meriah, bagian kepala juga dipasangi hiasan yang menyerupai mahkota dan hiasan kepala ini disebut sebagai omprog. Omprog merupakan hiasan kepala yang terbuat dari kulit kerbau yang telah disamak, kemudian diberi ornamen berwarna emas dan merah. Omprog kemudian ditambah beberapa ornamen tokoh Antasena, putra Bima yang memiliki kepala manusia raksasa, tetapi berbadan ular dan menutup seluruh rambut dari penari gandrung.

Pada masa lampau, ornamen Antasena pada omprog ini tidak melekat pada mahkota, akan tetapi setengah terlepas layaknya sayap burung. Kemudian sejak tahun 1960-an, ornamen ekor Antasena kemudian digambarkan pada omprog hingga saat ini.

Selanjutnya, pada mahkota ini pula, ada ornamen berwarna perak yang memiliki fungsi untuk membuat wajah pada penari bulat seolah seperti telur. Selain itu, ada pula tambahan ornamen bunga yang disebut dengan cundhuk mentul di bagian atas. Sering kali, bagian mahkota atau omprog ini dipasang hio yang memberikan kesan magis.

3. BAGIAN BAWAH

Bagian bawah kostum para penari gandrung, biasanya menggunakan kain batik yang memiliki beragam corak. Akan tetapi, corak batik yang paling banyak dan paling sering digunakan adalah batik dengan corak gajah oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah yang ada pada dasar kain putih. Corak batik ini kemudian menjadi ciri khas dari Banyuwangi dan ciri khas dari kostum para penari gandrung. Sebelum tahun 1930-an, para penari gandrung tidak mengenakan kaus kaki, akan tetapi semenjak dekade tersebut, para penari gandrung kemudian selalu mengenakan kaus kaki berwarna putih dalam setiap pertunjukannya.

Di masa lampau, para penari gandrung biasa membawa dua buah kipas dalam sebuah pertunjukan. Akan tetapi, saat ini, para penari gandrung hanya membawa satu buah kipas saja dan untuk bagian tertentu dalam pertunjukan tari gandrung, khususnya pada bagian seblang subuh.

MUSIK PENGIRING TARI GANDRUNG

Selain memiliki kostum yang khas, dibandingkan kesenian tari Jawa yang lainnya, tari gandrung juga memiliki musik pengiring. Musik pengiring yang digunakan dalam pertunjukan tari gandrung Banyuwangi biasanya adalah satu buah kempul atau gong, satu buah kluncing atau triangle, satu atau dua biola, dua beha kendhang, satu pasang kethuk.

Tidak seperti pertunjukan tari dari Jawa yang lainnya yang menggunakan musik pengiring tradisional saja, ada alat musik pengiring biola yang tidak biasa ditemukan pada pertunjukan tari tradisional yang lain.

TARI REOG PONOROGO BERASAL DARI PONOROGO JAWA TIMUR




 PENGERTIAN REOG 



Reog adalah tarian tradisional di arena terbuka yang berfungsi sebagai hiburan rakyat dan mengandung unsur magis. Penari utamanya merupakan orang berkepala singa dengan hiasan bulu merak, ditambah beberapa penari bertopeng dan berkuda lumping, disertai reog asli Indonesia. Reog merupakan salah satu seni budaya dari Jawa Timur bagian barat-laut, dan Ponorogo dianggap sebagai kota asalnya.

ASAL REOG

Sesuai namanya, Reog Ponorogo merupakan kebudayaan asal Ponorogo, Jawa Timur. Reog Ponorogo adalah seni tradisional yang dikenalmasyarakat Ponorogo sebagai Barongan. Tarian ini menampilkan sosok topeng macan berhias bulu merak berukuran sangat besar. Topeng tersebut dikenakan penari dengan gerakan meliuk-liuk. Pertunjukan Reog Ponorogo sering ditampilkan di berbagai acara, seperti pernikahan, perayaan hari jadi, hingga festival kesenian.

SEJARAH REOG

Reog Ponorogo berawal dari Kelana Suwandana, raja Kerajaan Bantarangin, yang ingin melamar putri Kerajaan Kediri. Nama putri tersebut adalah Dewi Ragil Kuning atau Putri Sanggalangit. Ketika melakukan perjalanan untuk melamar sang putri, sang raja dicegah oleh Raja Kediri bernama Singa Barong. Kehadiran Raja Kediri ini disertai pasukan tentara yang terdiri dari hewan singa dan burung merak. Sementara, Raja Kelana bepergian bersama wakilnya, Bujang Anom dan pengawal raja yang disebut warok.

Para pengawal raja ini memiliki kekuatan ilmu hitam yang mampu mematikan lawan. Para warok memakai celana dan baju hitam sambil membawa senjata cemeti dan pecut. Kedua kubu kerajaan kemudian saling bertarung mengeluarkan kesaktian. Selama berhari-hari pertarungan, keduanya saling berdamai. Akhirnya Raja Kelana berhasil meminang Dewi Ragil Kuning. Perang yang terjadi antara merak dan singa melawan warok ini kemudian menjadi pertunjukan seni. Bisa dikatakan, Reog Ponorogo menceritakan perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Bantarangin.

PEMENTASAN SENI REOG

Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa acara seperti pernikahan, khitanan, dan hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari dua sampai tiga tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh enam hingga delapan pria gagah berani dengan pakaian serba hitam dan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya, tarian yang dibawakan oleh enam sampai delapan gadis yang menaiki kuda.

Pada Reog tradisional, penari ini biasanya diperankan oleh gemblak, penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang atau jathilan. Tarian pembukaan lainnya, jika ada biasanya berupa tarian anak kecil yang membawakan adegan lucu, sering disebut Bujang Ganong atau Ganongan. Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung situasi penampilan Reog Ponorogo. Jika berhubungan dengan pernikahan, yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar

TOKOH DALAM REOG

Beberapa tokoh dalam Reog Ponorago, terdiri dari:

1.Warok Adalah orang bertekad suci, serta memberi tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok merupakan karakter dan jiwa masyarakat Ponorogo yang telah mendarah daging sejak dahulu, dan diwariskan nenek moyang. Warok merupakan bagian peraga dari kesenian reog yang tidak terpisahkan dengan peraga lainnya. Warok adalah seseorang yang betul-betul menguasai ilmu, baik lahir maupun batin.2. Jathil Adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam Reog Ponorogo. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini dibawakan penari di mana mereka saling berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda ditunjukkan dengan ekspresi dan semangat sang penari.


3. Bujang Ganong Disebut juga Patih Pujangga Anom. Adalah salah satu tokoh energik, kocak, sekaligus mempunyai keahlian seni bela diri. Sehingga di tiap penampilannya senantiasa diperagakan dua orang. Pertunjukan ini pada umumnya selalu ditunggu-tunggu penonton, khususnya anak-anak. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang patih muda yang meskipun secara fisik cenderung buruk rupa, tetapi cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka, dan sakti.

4.Klono Sewandono Disebut juga Raja Klono. Adalah raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan, berupa cemeti yang sangat ampuh, dinamakan Pecut Samandiman. Ke mana saja sang Raja pergi, ia selalu membawa pusaka tersebut yang digunakan untuk melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja digambarkan dalam gerak tari yang lincah serta berwibawa. Dalam suatu kisah, Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah hasil daya ciptanya untuk menuruti permintaan sang putri (kekasihnya).


5. Singo Barong Adalah tokoh dan penari berkepala macan dengan hiasan merak yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian topengnya, antara lain:


6. Kepala harimau (caplokan) Terbuat dari kerangka kayu, bambu, dan rotan yang ditutup dengan kulit macan gembong atau harimau jawa.


7. Dadak merak Terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata bulu merak, untuk menggambarkan seekor merak yang sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik.


8. Krakap Terbuat dari kain beludru warna hitam yang disulam dengan monte, merupakan aksesori dan tempat menuliskan identitas grup reog.

TARI GAMBYONG BERASAL DARI JAWA TENGAH

SEJARAH TARI GAMBYONG


 



Tari Gambyong adalah salah satu bentuk dari tarian Jawa klasik yang berasal dari Surakarta dan biasanya dipertunjukan untuk menyambut tamu atau dipertunjukan dalam pagelaran seni. Perlu diketahui juga bahwa tari Gambyong bukan hanya terdiri dari satu koreografi tarian, tetapi terdiri dari beberapa koreografi. Namun, gerakan atau tarian yang paling terkenal adalah tari Gambyong Pareanom dengan beberapa variasi dan juga tari Gambyong Pangkur.

Meskipun memiliki banyak macam atau banyak versi, tetapi tari Gambyong memiliki gerakan dasar yang sama yaitu gerakan tarian tayub atau disebut pula dengan gerakan tari taledhek. Pada awal kemunculannya, tari Gambyong diciptakan untuk dibawakan oleh satu penari tunggal, tetapi seiring dengan perkembangannya, saat ini tari Gambyong lebih sering dibawakan oleh beberapa penari untuk menambah unsur blocking pada panggung, sehingga akan melibatkan garis maupun gerak yang besar.

Tari gambyong
tercipta dari tarian tayub atau tari taledhek yang sebelumnya telah lebih dulu hadir. Tarian tayub atau taledhek ini hidup di tengah masyarakat dan sudah dikenal sejak abad ke-15. Keberadaan dari tari taledhek sendiri memiliki kaitan yang erat dengan tari tayub.

Oleh karena itu, tari taledhek menjadi bagian dari perkembangan dari tari tayub. Tari tayub merupakan tarian yang umumnya digelar pada upacara panen atau ketika proses penanaman padi.


Dalam pertunjukan tari tayub, penari taledhek biasanya akan menari dalam tayuban bersamaan dengan para pengibing. Akan tetapi, sebelum ngibing dimulai, para penari taledhek akan membawakan tarian tunggal sebagai pembuka. Adanya pembuka tersebut bertujuan untuk menghormati para tamu serta menarik para penonton.

Hal ini sesuai dengan makna dari taledhek yang berasal dari kata ngleledhek yang artinya adalah mengundang daya pikat atau menggoda. Para penari yang menampilkan kemampuannya pada pembuka tayuban ini sering dikatakan kalau sedang membawa gerakan tari gambyong atau nggambyong, sehingga tarian pembuka tersebut lebih dikenal dengan nama tari gambyong.


Pada zaman dahulu, penari taledhek yang tersohor sebagai penari jalanan digandrungi oleh banyak orang. Karena cukup populer, kemudian ada banyak penari taledhek yang ditunjuk dan bertugas untuk menjadi penari istana.


Pada masa tersebut, ada salah satu penari terkenal yang bernama Ma Ajeng Gambyong, ia terkenal karena memiliki gerakan yang luwes ketika menari dan memiliki suara yang cukup merdu.


Raja Kasultanan Surakarta yaitu Pakubuwono IV mendengar tentang talenta dari Sri Gambyong, kemudian ia mengundang Sri Gambyong ke istana untuk membawakan tarian tayub. Tarian yang dipentaskan oleh Sri Gambyong di lingkungan istana tersebut kemudian menjadi inspirasi penamaan jenis tari baru yaitu tari gambyong.

Dari situlah, diduga istilah nama tari gambyong berasal dari nama penari terkenal yang ada di masa lalu, bernama Sri Gambyong atau Mas Ajeng Gambyong.

Nama tari gambyong tercantum dan diceritakan pada tahun 1788 hingga 1820 pada Serat Centhini yaitu sebuah kitab yang ditulis pada masa pemerintahan Pakubuwana IV dan Pakubuwana V sekitar tahun 1820 hingga 1823.

Dalam Serat Centhini tersebut, disebutkan bahwa gambyong adalah tarian taledhek. Kemudian, salah seorang penata tari pada masa pemerintahan Pakubuwana IX (1861-1893) yang bernama K.R.M.T Wreksodiningrat membuat tarian rakyat gambyong agar dapat dipentaskan dan dipertunjukan dikalangan para bangsawan serta para priyayi.

Oleh karena itu, tarian rakyat ini pun telah diperhalus dan kemudian menjadi populer. Menurut Nyi Bei Mardusari yang merupakan seorang seniwati dan juga seorang selir dari Sri Mangkunegara VII (1916-1944), gambyong biasa dipentaskan pada masa tersebut di hadapan para tamu yang berada di lingkungan istana Mangkunegaran.

Perubahan yang penting terjadi sekitar tahun 1950, Nyi Bei Mintoraras yaitu seorang pelatih tari dari Istana Mangkunegaran pada masa Mangkunegara VIII membuat versi lain dari gambyong yang telah dibakukan dan kemudian versi tersebut dikenal sebagai Gambyong Pareanom.

Koreografi tari gambyong yang telah dibakukan tersebut kemudian dipertunjukkan pertama kali pada upacara pernikahan Gusti Nurul, yaitu saudara perempuan MN VIII di tahun 1951. Setelah ditampilkan untuk pertama kali, rupanya koreografi dari tari gambyong justru diterima dan disukai oleh masyarakat, hingga munculah versi lain dari gambyong yang dikembangkan untuk pertunjukkan masyarakat luas.

Dengan berkembangnya tari Gambyong, membuat tarian ini menjadi media hiburan bagi masyarakat. Oleh sebab itu, tari Gambyong banyak dipentaskan di acara masyarakat serta upacara-upacara keagamaan.

CIRI DAN KARAKTERISTIK TARI GAMBYONG

Tari gambyong sebagai salah satu tarian yang khas dari pulau Jawa memiliki karakteristik serta ciri yang khas. Kekhasan tersebut dapat dilihat dari kostum, gerakan, iringan gamelan dan fungsi dari tari gambyong.

Ciri khas yang pertama adalah bagian dari tari gambyong. Tari ini memiliki tiga bagian, yaitu awal, isi, serta akhir atau dalam istilah tari Jawa gaya Surakarta, bagian tersebut disebut dengan istilah maju beksan, beksan dan mundur beksan.

Pusat dari keseluruhan tari gambyong berada pada gerak kaki, lengan, kepala serta tubuh penari. Gerakan tangan maupun kepala juga memiliki konsep yang menjadi ciri khas utama dari tari Gambyong itu sendiri.

Selain itu, pandangan mata akan selalu mengiringi maupun mengikuti setiap gerak tangan dengan cara memandang ke arah jari-jari tangan dan gerakan ini menjadi hal yang sangat dominan dalam tari Gambyong. Bahkan, gerakan kaki dalam tari Gambyong juga akan bergerak secara harmonis dan seirama hingga membuat tarian Gambyong tampak indah ketika ditampilkan, sehingga penonton akan merasa kagum.

Secara garis besar, karakteristik dan ciri dari tari gambyong adalah sebagai berikut.

Pakaian yang digunakan oleh penari memiliki nuansa warna kuning serta hijau.
Warna-warna tersebut adalah simbol dari kemakmuran maupun kesuburan.
Sebelum tari gambyong dimulai, pertunjukan selalu dibuka dengan gendhing pangkur.
Teknik gerak, irama, iringan tari serta pola dari kendhangan tari akan menampilkan karakter tari yang kenes, kewes, luwes, serta tregel.

Secara rinci, berikut penjelasan dari ciri dan karakteristik dari tari Gambyong tersebut.

GERAKAN TARI GAMBYONG

Ada tiga gerakan dalam tari gambyong, yaitu gerakan awal atau disebut dengan istilah maju beksan, gerakan utama yang disebut dengan istilah beksan, dan gerakan penutup yang disebut dengan istilah mundur beksan.

Gerakan tarian ini biasanya akan lebih menonjolkan keluwesan pada kaki, tangan, tubuh dan kepala penari. Sedangkan gerakan-gerakan dasarnya berada pada kepala serta tangan ketika menari.

Gerakan dari tari Gambyong dilakukan dalam tempo yang pelan serta sangat hati-hati. Setiap gerakan dari tari Gambyong memiliki makna atau menggambarkan kecantikan dari perempuan Jawa. Sorot dari mata penari yang teduh akan selalu memandang jari-jari tangan, sehingga akan menambahkan suasana kelembutan serta keanggunan dari tari gambyong.

Kaki penari akan melakukan gerakan-gerakan dengan mengikuti irama musik gamelan yang harmonis dan lembut. Selain gerakan, ekspresi wajah dari penari juga akan menunjukan senyum yang anggun ketika menampilkan tarian ini.

Kelembutan dari gerakan tari Gambyong merupakan karakteristik dari tari Gambyong yang menarik untuk dipelajari. Meskipun, tari Gambyong dulunya hanya dipelajari oleh orang-orang yang berada di lingkungan kerajaan saja, tetapi saat ini masyarakat umum pun juga dapat mempelajari tari Gambyong bahkan bisa menjadikan tarian ini sebagai media hiburan.

KOSTUM PARA PENARI GAMBYONG

Ketika menarikan tari gambyong, para penari harus mengenakan pakaian tradisional khas Jawa. Kostum dari tari Gambyong terdiri dari kebaya serta kemben yang memiliki bahu terbuka dengan kain bermotif batik dan disebut sebagai kain jarik atau jarit. Kostum dari para penari juga dilengkapi dengan selendang yang dikenakan di atas bahu penari sebagai aksesoris pelengkap.

Selendang yang ditempatkan di atas bahu tersebut sesekali akan dimainkan oleh para penari dengan cara mengibaskan dan menggerakan selendang dengan lembut. Pada umumnya, selendang penari yang digunakan adalah selendang dengan warna kuning keemasan.

Selain pakaian, para penari juga akan dirias wajahnya, sehingga akan terlihat semakin anggun serta cantik ketika menampilkan gerakan Gambyong. Riasan penari akan sesuai dengan dandanan Jawa, sehingga akan memberikan kesan lembut pada wajah penari. Kemudian, pada bagian rambut penari akan ditata dengan menggunakan sanggul sesuai dengan adat Jawa.

IRINGAN GAMELAN TRADISIONAL

Seperti yang diketahui oleh banyak orang bahwa hampir semua tarian tradisional menggunakan musik atau irama sebagai pengiringnya. Begitu juga, dengan tari Gambyong yang ditampilkan dengan iringan dari gamelan jawa. Gamelan adalah seperangkat alat musik yang terdiri dari kendang, gong, kenong, dan gambang.

Kendang adalah alat musik utama dalam tari Gambyong. Tabuhan dari pemain kendang akan memberikan tempo serta ritme untuk gerakan penari. Dengan begitu, irama serta gerakan tari akan selaras dan indah ketika dilihat. Selain diiringi dengan gamelan, tari Gambyong juga diiringi dengan nyanyian dari sinden yang menyanyikan langgam jawa.

PROPERTI TARI GAMBYONG

Properti dari tari Gambyong terdiri dari desain kostum, tata rias, tata pentas dan tata lampu. Pakaian dari para penari Gambyong menggunakan kain dengan warna yang kalem dan akan disesuaikan dengan isi cerita.

Contohnya, tari Gambyong Jangkung Kuning adalah tarian yang mengambil cerita rakyat yaitu Timun Mas, sehingga kostum dari para penari pun akan berwarna lebih netral serta kalem.

Selain menyesuaikan dari isi cerita rakyat, pakaian yang dikenakan oleh penari juga memiliki nuansa kuning serta hijau. Kedua warna tersebut adalah simbol dari kemakmuran serta kesuburan.

Menurut sebuah jurnal Koreografi Tari Gambyong Jangkung Kuning di Surakarta, kostum atau tata busana dari penari Gambyong terdiri dari 14 properti. Di antaranya adalah kain jumputan, kain jarik, sampur, stagen, kamisol, sanggul, subal, aksesoris bros, cundhuk mentul, cundhuk jungkat, kalung, gelang, bunga, dan giwang.

Seni pertunjukan tari Gambyong akan menggunakan tata rias yang disesuaikan oleh karakter cerita. Contohnya, tari gambyong jangkung kuning akan menggunakan tata rias garis wajah penari yang lebih cantik serta tegas.

Tata rias dari penari gambyong jangkung kuning akan menggunakan perpaduan warna coklat dengan warna hitam pada kelopak matanya. Sedangkan properti yang digunakan dari tari gambyong Retno Kusumo adalah sampur. Sampur merupakan kain panjang yang menyerupai selendang dan akan diikatkan pada bagian perut.

MAKNA TARI GAMBYONG

Seperti halnya tarian tradisional yang lain, tari Gambyong bukan hanya sekadar tarian belaka saja. Akan tetapi, tarian ini juga menyimpan makna dibaliknya. Tari Gambyong biasa ditampilkan pada musim tanam serta panen padi. Tujuan dari tarian Gambyong adalah untuk kesuburan serta agar mendapatkan panen yang melimpah.

Menurut tradisi dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, tari Gambyong adalah bentuk penghormatan untuk Dewi Sri sebagai suatu simbol kesuburan. Dewi Sri digambarkan sebagai penari Gambyong. Selain itu, tari gambyong saat ini ditampilkan untuk menyambut tamu kenegaraan, kehormatan serta memeriahkan acara pernikahan.

FUNGSI TARI GAMBYONG

Tari gambyong memiliki tiga fungsi, di antaranya adalah sebagai seni pertunjukkan, sebagai acara pembuka, dan sebagai sarana hiburan.

1. SEBAGAI SENI PERTUNJUKAN

Tari Gambyong sebagai seni pertunjukkan dapat diartikan sebagai tontonan serta sarana upacara. Sarana upacara dari tari gambyong akan dipentaskan pada upacara-upacara tertentu, seperti bersih-bersih desa, perkawinan maupun panen dan menanam padi.

2. SEBGAI ACARA PEMBUKA

Lalu, fungsi upacara dari tari Gambyong pun mengalami perkembangan. Dari yang mulanya hanya ditampilkan pada acara-acara resmi, saat ini tari Gambyong ditampilkan sebagai penampilan pembuka di berbagai macam kegiatan, festival seni hingga kongres.

3. SEBAGAI SARANA PEMBUKA

Kemudian, fungsi selanjutnya dari tari Gambyong adalah sebagai sarana hiburan. Tari gambyong akan dipentaskan atau ditampilkan ketika ada hari ulang tahun kenegaraan, pesta pernikahan maupun syukuran khitanan. Selain itu, tari gambyong juga dapat ditampilkan untuk pementasan acara lomba, wayang maupun ketoprak. Dengan begitu, penonton yang melihat tari Gambyong akan terhibur dan acara pun menjadi lebih ramai.

Meskipun tari Gambyong adalah tari tradisional yang sudah ada sejak lama, tetapi tari Gambyong masih terus berkembang saat ini. Hal ini karena masih banyak masyarakat yang tertarik untuk mempelajari tari Gambyong dan menikmati pementasan dari tari Gambyong.

Oleh karena itu, tari Gambyong hingga kini terus mengalami inovasi gerakannya. Beberapa perkembangan dari tari gambyong adalah dengan menghasilkan jenis tarian yang baru.

Beberapa tarian baru yang dihasilkan dari tari Gambyong adalah Gambyong Ayun-Ayun, Gambyong Gambirsawit, Gambyong Sala Minulya, Gambyong Mudhatama, Gambyong Dewandaru, dan Gambyong Campursari. Meskipun mengalami berbagai macam perkembangan serta inovasi, tetapi ciri khas utama dari tari gambyong tetap dipertahankan dan tari Gambyong masih hadir sebagai adat dan budaya Jawa.



TARI PIRING BERASAL DARI SUMATERA BARAT

 


ASAL TARI PIRING



Tari piring merupakan tari tradisional yang berasal dari Minangkabau, secara tradisional dapat disebutkan bahwa tari piring berasal dari Solok, Sumatera Barat

PENGERTIAN TARI PIRING

Tari piring merupakan tari tradisional yang berasal dari Minangkabau, secara tradisional dapat disebutkan bahwa tari piring berasal dari Solok, Sumatera Barat. Tarian ini menampilkan aksi atraksi menari menggunakan piring. Para penari akan mengayunkan piring yang berada di telapak tangan mereka selaras dengan music iringan serta gerakan yang cepat dan teratur tanpa melepaskan atau membiarkan satu piring pun terjatuh. Gerakan tari piring diambil dari gerakan silat Minangkabau atau yang biasa disebut silek.

Tari piring dipopulerkan oleh Huriah Adam. Modern ini, tari piring biasanya digunakan sebagai sambutan untuk menyambut tamu terhormat atau juga biasanya digunakan untuk pembukaan suatu upacara adat. Tari piring sangatlah popular di Indonesia, bersama dengan tari lainnya, seperti tari saman, jaipong, dan pendet yang kerap digunakan sebagai tari untuk menyambut tamu-tamu terhormat dalam beberapa acara dan digunakan sebagai ajang promosi pariwisata serta kebudayaan yang ada di Indonesia.

SEJARAH TARI PIRING

Seperti yang sudah dikatakan diatas, bahwa konon secara tradisional tari piring berasal dari Solok, Sumatera Barat. Sejarah ini kami kutip dari Kemendikbud bahwa diperkirakan tari piring sudah ada sejak zaman abad ke-12. Sangat lama bukan? Dahulu masyarakat Minangkabau masih memiliki kepercayaan kepada dewa-dewa. Awal mulanya tari piring digunakan sebagai tari pemujaan masyarakat kepada Dewi Padi setiap musim panen tiba, masyarakat melakukan hal tersebut untuk sebagai ucapan terima kasih atas berhasilnya panen mereka.

Tari piring juga menjadi bentuk tarian tradisional yang kaya akan nilai-nilai estetis yang tinggi dan juga memiliki nilai kebudayaan dari leluhur yang dalam sehingga tari bisa menjadi bentuk ucapan terima kasih serta gambaran rasa syukur masyarakat yang mendalam kepada dewa-dewa yang sudah menyuburkan dan membuat hasil panen mereka menjadi tidak gagal.

Ritual tersebut biasanya dilakukan oleh masyarakat setempat dengan cara membawa beberapa sesaji, biasanya sesaji yang dibawa dalam bentuk makanan lalu sesaji akan diletakkan di dalam sebuah piring sambil mengambil langkah dengan gerakan yang teratur,sinkron dan dinamis.

Namun, semenjak kedatangan pedagang Arab di Indonesia yang membawa agama Islam masuk ke Indonesia, kepercayaan masyarakat setempat terhadap tari piring ini perlahan mulai berubah. Tak hanya kepercayaan masyarakat terhadap tari tersebut saja, tapi juga dengan konsep tari dari tari piring ini pun juga ikut berubah. Sekarang ini, tari piring digunakan sebagai media hiburan seperti untuk pernikahan, acara adat atau bahkan pertunjukan untuk menerima tamu, sekaligus menjadi sarana pendidikan untuk generasi muda dalam mengenal serta mempelajari kebudayaan mereka.

Tari piring pernah berhasil memecahkan rekor dunia, mereka menarikan tari piring dengan jumlah penari yang menarikannya sampai dengan lebih dari 2000 penari. Semua orang dengan berbagai jenis profesi ikut serta dalam pemecahan rekor dunia tersebut.

Setiap gerakan-gerakan yang terdapat pada tari piring memiliki makna yang berbeda-beda. Penari tari piring biasanya membawa dua piring yang diletakkan pada kedua telapak tangan mereka. Kemudian, piring akan di ayun-ayun kan mengikuti gerakan tari yang makin lama makin cepat.

Biasanya, saat akhir tarian penari akan membanting piring ke lantai sampai pecah dan berserakan, lalu penari akan tetap menari di atas pecahan piring tadi. Konon katanya piring-piring tersebut telah diberi doa supaya tidak menyakiti kaki para penari.

Sebuah tarian tanpa music agaknya seperti ada yang kurang, supaya lebih semarak Tari Piring ini diiringi oleh alat music khas Sumatera Barat yaitu Saluang dan Talempong. Paduan alunan music khas Sumatera Barat dengan gerakan lincah dari penari membuat tari piring semakin terlihat menakjubkan.

MAKNA GERAKAN TARI PIRING

Paling tidak tari piring memiliki 20 gerakan yang dibawakan oleh penari. 20 gerakan tersebut memiliki makna yang pastinya berbeda-beda, berikut nama dan makna dari setiap gerakan tari piring:

1. GERAK PASAMBAHAN

Gerakan ini merupakan gerakan untuk memulai tarian yang dilakukan oleh para penari pria. Gerakan Pasambahan dimaknasi sebagai bentuk syukur kepada Allah serta bentuk permintaan para penari kepada setiap orang yang menonton supaya tidak mengganggu tarian tersebut.

2, GERAK SINGANJUO LALAI

Gerakan singanjuo lalai dibawakan oleh para penari perempuan, gerakan yang tercipta dari tarian ini adlaah gerakan lemah lembut dan gemulai. Ini dikarenakan gerakan singajuo lalai dimaknai untuk melambangkan suasana di pagi hari yang sejuk.

3. GERAK MENCANGKUL

Terlihat dari namanya gerakan ini melambangkan gerakan penari ketika mengolah sawahnya dalam tarian piring.

4. GERAK MENYIANG

Gerakan ini juga diambil dari kegiatan petani di sawah yaitu menyiangi. Menyiangi sendiri merupakan kegiatan membersihkan sawah dari rumput-rumput liar atau gulma. Para penari juga menggunakan kegiatan tersebut dalam gerakan tari piring.

5. GERAK MEMBUANG SAMPAH

Gerakan ini merupakan lanjutan dari kegiatan petani yang ada pada gerakan menyiang, yaitu membuang rumput atau sampahnya.

6. GERAK MENYEMAI

Selanjutnya, gerakan menyemai juga diambil dari kegiatan pertanian di sawah. Gerakan menyemai pada tari piring seperti sedang menyemai benih padi yang akan ditanam.

Seperti yang sudah dijelaskan tadi bahwa gerakan tari piring memiliki 20 gerakan yang diperagakan ketika pentas tari piring, maka 14 gerakan, selain enam gerakan di atas yang ada pada tari piring, yaitu:

1. Gerakan memagar
2. Gerakan mencabut benih
3. Gerakan melepas kesal
4. Gerakan mengantar juadah
5. Gerakan menyabit padi
6. Gerakan mengambil padi
7. Gerakan menggampo padi
8. Gerakan mengangin-anginkan padi
9. Gerakan mengirik padi
10. Gerakan menumbuk padi
11. Gerakan gotong royong
12. Gerakan menampi padi
13. Gerakan menginjak pecahan kaca

PROPERTI YANG DIGUNAKAN PADA TARI PIRING

Hal yang menarik dari tari piring tentunya adalah properti utamanya yaitu piring, namun tentunya terdapat property lain yang membuat tari piring semakin menarik perhatian banyak orang, berikut properti yang ada pada tari piring:

1. PIRING

Seperti pada namanya properti yang utama pada tarian ini pastilah piring. Piring tersebut diletakkan di atas tang penari, masing-masing penari membawa dua piring di tangan kanan dan kiri.

2. ALAT MUSIK

Setiap tarian pasti dilengkapi dengan music, alat music yang digunkaan aadalah gendang dan dilengkapi dengan saluang dan talempong yaitu alam music yang terbuat dari logam.

3. DAMAR

Properti lainnya pada tari piring yaitu damar. Damar digunakan dengan cara diberi lubang sehingga ujung jari tengah tangan kanan dan kiri bisa dimasukkan ke dalam lubang tersebut.
Kemudian, saat sedang menari damar diketuk-ketukkan ke piring sesuai dengan lantunan music. Hal itu dilakukan supaya tari piring semakin meriah.

4. KOSTUM

Properti terakhir pastinya kostum, kostum tari piring zaman dulu seperti kostum pencak silat dengan celana berwarna hitam. Namun, supaya semakin meriah saat ini kostum tari piring beraneka warna. Kostum khusus tersebut memiliki nama baju kurung yang terbuat dari beludru atau satin dengan motif bunga, tari piring juga menggunakan kain kodek yang mirip dengan sarung.

KARAKTERISTIK TARI PIRING

Jika membicarakan tentang kebudayaan yang Indonesia miliki memang tidak akan pernah ada habisnya. Termasuk budaya yang satu ini, yaitu tari piring atau tari piriang. Setiap budaya serta kesenian yang di Negara Indonesia pasti memiliki karakteristiknya sendiri. Dimana karakteristik tersebut akan membedakan antara satu budaya satu dengan budaya lainnya.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa ciri khas dari tari piring ada di bagian gerakan, kostum, busana, dan juga alunan musik yang digunakan. Supaya kamu lebih paham tentang karakteristik dadi tari ini, yuk simak penjelasannya di bawah ini

1. BUSANA

Setiap tarian di berbagai daerah mempunyai busana atau kostum yang khas saat tari tersebut dipentaskan. Nah, busana pada tarian piring dibedakan menjadi dua macam. Pertama adalah busana untuk penari wanita dan yang kedua adalah busana untuk penari pria.

Di bawah ini adalah busana atau kostum yang dipakai oleh penari piring.

BUSANA PENARI PRIA


Kostum yang dipakai oleh penari pria mempunyai karakteristik yang berbeda dengan busana yang dipakai oleh penari wanita. Namun tetap tidak meninggalkan ciri khas adat dan kebudayaan Minangkabau.

Untuk kostum penari pria, biasanya menggunakan busana yang memiliki lengan panjang atau bisa disebut sebagai busana Rang Mudo.

Pada busana penari pria juga dilengkapi dengan aksesoris dan hiasan renda emas atau yang biasa disebut juga hiasan missia. Sedangkan pakaian area bawah menggunakan celana yang disebut sebagai besaran gelombang. Celana tersebut mempunyai ukuran yang cukup besar di bagian tengahnya.

Warna dari celana tersebut juga disesuaikan dengan pakaian atasannya. Supaya terlihat selaras dan senada.

Tak hanya itu, penari pria juga memakai beberapa aksesoris tambahan seperti cawek pinggang dan sisampek. Cawek pinggang adalah kain yang berbentuk seperti kain songket dan diikatkan di bagian pinggang. Aksesoris ini mempunyai panjang dari pinggang hingga lutut dan dihiasi dengan rumbai-rumbai. Saat pementasan, penari pria akan memakai penutup kepala. Destar atau penutup kepala ini dibuat dari kain songket yang dibentuk menjadi bentuk segitiga.

BUSANA PENARI WANITA

Biasanya, kostum yang dipakai oleh penari wanita yaitu baju kurung. Baju ini adalah busana khas Minangkabau yang dibuat dari kain beludru dan satin. Penari wanita juga akan menggunakan hiasan atau aksesoris berupa selendang yang terbuat dari kain songket dan diletakkan di bagian bahu kiri.

Tak hanya penari pria saja, penari wanita juga mengenakan penutup kepala yang berbentuk seperti tanduk. Penutup kepala ini biasanya disebut juga sebagai tikuluak tanduak balapak. Penutup kepala ini terbuat dari kain songket.

Untuk hiasan tambahan yang digunakan pada busana tari piring yaitu kaling gadang, subang, dan kalung rumbai. Subang adalah anting-anting khas daerah Minang yang dipakai oleh penari wanita. Sehingga para penari akan terlihat lebih menarik, cantik, dan unik.

2. PIRING SEBAGI MEDIA UTAMA

Salah satu ciri khas dari tarian ini adalah penggunaan piring sebagai media atau properti utama untuk menari. Piring yang digunakan pada tarian ini mempunyai makna atau filosofi tersendiri. Selain itu, ada hal yang mengagumkan dari penggunaan properti tersebut, yaitu piring yang dibawa untuk menari tidak pernah jatuh meski diayunkan.

Awalnya, piring yang dipakai sebagai properti di dalam tarian ini menggunakan piring yang berasal dari Negara Cina. Penggunaan piring yang berasal dari Cina ini bukan tanpa alasan. Jadi, tarian piring menggunakan piring dari Cina karena piring tersebut mempunyai keestetikan tersendiri dan memiliki kualitas yang bagus.

3. MENARI DI ATAS PECAHAN PIRING


Ini merupakan salah satu karakteristik dari tari piring yang mungkin belum kamu ketahui. Di dalam pementasannya, biasanya para penari akan melakukan atraksi dengan menari di atas pecahan piring. Hal tersebut umumnya akan dilakukan di akhir pementasan. Para penari akan melemparkan piring tersebut ke lantai hingga pecah. Kemudian, para penari akan berjalan serta menginjak dan menari di atas pecahan piring tersebut.

Pasti kamu bertanya-tanya, apakah para penari tidak terluka? Nah, inilah ciri khas dari kebudayaan Indonesia. Selalu ada sesuatu hal yang menakjubkan dan diluar nalar. Jadi ketika para penari menginjak dan menari di atas pecahan beling. Mereka tidak akan mengalami luka sama sekali. Bahkan kaki mereka akan terlihat baik-baik saja.

4. DENTINGAN CINCIN

Selain menggunakan piring sebagai media utama dalam menari. Para penari juga akan menggunakan cincin untuk membuat bunyi dentingan yang menjadi ciri khas tarian ini. Suara yang dihasilkan dari cincin dan piring akan memberikan kesan tersendiri. Dimana nada serta alunan musik dari cincin, piring, serta alunan musik lain akan menyatu.

5. DIIRINGI ALAT MUSIK TRADISIONAL

Selain menggunakan nada dari dentingan cincin dan piring. Tarian ini juga menggunakan alat musik tradisional sebagai pengiringnya. Berbagai alat musik seperti gong, rebab, saluang, rebana, talempong, dan masih banyak alat musik lainnya membuat iringan musik terdengar lebih unik dan memiliki ciri khas tersendiri.

Setiap alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian mempunyai fungsinya masing-masing. Misalnya alat musik gong berfungsi sebagai pemandu gerakan dan menentukan langkah yang perlu dilakukan oleh para penari. Kemudian alat musik rebana akan memberikan kesan semarak serta meningkatkan semangat para penari. Sedangkan alat musik saluang serta talempong dapat kamu lihat di Minangkabau.

Itulah beberapa penjelasan mengenai tari piring beserta sejarah hingga karakteristik tariannya. Sebagai warga negara yang baik, tentu kita harus melestarikan semua kebudayaan yang sudah kita miliki dari zaman dahulu. Sebagai generasi penerus bangsa, jangan sampai kita lalai dan lupa dengan kebudayaan negara sendiri.

TARI SERAMPANG DUA BELAS BERASAL DARI SUMATERA UTARA

 PENCIPTA TARI SERAMPANG





Dikutip dari laman resmi Kabupaten Serdang Berdagai, Tari Serampang XII diciptakan oleh Guru Sauti. Beliau lahir pada tahun 1903 di Pantai Cermin, Sumatera Timur yang kini berada di Pesisir Timur Provinsi Sumatra Utara.

Ayah Gutu Sauti bernama Tateh, sedangkan nama Ibunya bernama Asmah. Sedikit tentang Guru Sauti, setelah tamat Sekolah Perguruan di Normal school voor Inland Hulpoderwijers pada tahun 1921 di Kota Pematang Siantar. Ia ditugaskan menjadi guru sekolah dasar di Sunggal.

Setelah itu, beliau menjadi kepala sekolah Gouvernement Inlandschool (Sekolah Dasar Negeri) di Simpang Tiga, Perbaungan. Bahkan, Guru Sauti pun diangkat menjadi pemilik sekolah (PS).

Ia diangkat dan diperbantukan oleh Perwakilan Jawatan Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Utara hingga ia pensiun. Guru Sauti pun tutup usia di umur 60 tahun pada bulan Mei 1963 di Kompleks Pemakaman Mesjid raya Perbaungan.



SEJARAH TARI SERAMPANG 12

Pada dahulunya, Tari Serampang XII ini dikenal dengan nama Tari Pulau Sari. Hal itu dikarenakan, awalnya tarian tradisional ini diiringi musik yang berjudul Pulau Sari. Sehingga penamaannya seperti itu.

Adapun Musik Pulau Sari ini, diketahui kurang tepat jika dipasangkan dengan tarian ini, karena tarian ini bertempo cepat. Biasanya juga, nama tsrian yang diawali kata "pulau" Bertempo rumba atau santai seperti Tsari Pulau Kampai.

Dengan demikian, Tari Pulau Sari lebih tepat dinamakan dengan Tari Serampang XII. Pengubahan nama ini resmi diganti pada antara tahun 1950 dan 1960. Nama dua belas sendiri berarti tarian dengan gerakan tercepat di antara lagu Serampang.


GERAKAN TARI SERAMPANG 12

Dilansir dari laman resmi Kabupaten Serdang Berdagai, Tari Serampang XII memiliki dua belas gerakan. Berikut gerakannya:

1. Gerak Tari Permulaan
Tarian ini dibuka dengan gerakan pembuka dengan melakukan gerak memutar dan lompatan kecil. Penari secara berpasangan akan berjalan dengan lambat lalu mengelilingi satu sama lain.

Gerakan ini memiliki makna bagaimana sikap seorang pria yang bertemu seorang gadis pertama kali. Dengan memutar, gerakan ini mengartikan perasaan canggung sang gadis dan penasaran si pria.

2. Gerak Tari Berjalan
Gerakan selanjutnya adalah Gerak Tari Berjalan. Gerak ini dilakukan dengan pasangan penari yakni berjalan dengan lambat, berputar mengelilingi satu sama lain dengan diselingi lompatan kecil.

Gerakan ini punya makna tumbuhnya rasa cinta diantara sang pria dan gadis. Dimana secara perlahan, tumbuh cinta yang bersemi. Akan tetapi masih canggung karena masih ragu untuk menyampaikan.

3. Gerak Tari Pusing
Gerak Tari Pusing adalah gerakan yang bermakna rasa cinta yang dirasakan oleh kedua sejoli tersebut semakin membuncah. Meski begitu, mereka masih memendam rasanya padahal sudah bertemu semakin sering

4. Gerak Tari Gila
Gerak Tari Gila adalah gerakan para pasangan penari berjalan berlenggak-lenggok hingga terhuyung layaknya seseorang yang mabuk cinta dan asmara.

5. Gerak Tari Sipat
Gerak Tari Sipat adalah gerakan yang menjelaskan respon sang gadis terhadap si pria yang mendekatinya. Dengan permainan mata, si gadis memberi isyarat gerakan yang menunjukkan bahwa gadis tersebut mempunyai keinginan yang sama dengan sang pemuda, yakni terjalinnya suatu hubungan

6. Gerak Tari Goncat-goncet
Disebut Tari Goncet-goncet, karena ada gerakan ini pasangan penari akan melangkah seirama. Dengan makna bahwa sang pemuda sudah menerima isyaratnya dari sang gadis agar segera menuturkan isi hatinya

7. Gerak Tari Sebelah Kaki
Gerakan ini memiliki makna tersirat dilihat antara keyakinan agar menyatakan cinta atau mengurungkannya. Dimana sang pria dan sang gadis saling menduga perasaan satu sama lain. Hingga akhirnya, mereka mengetahui bahwa mereka ternyata saling mencintai.

8. Gerak Tari Langkah Tiga
Gerakan ini dilakukan dengan melompat tiga kali ke depan atau ke belakang. Mengartikan bahwa si pria dan gadisnya akan meneguhkan hati untuk hidup bersama. Bisa juga, gerakan ini membuktikkan kegembiraan mereka berdua.

9. Gerak Tari Melonjak
Selanjutnya dilakukan gerakan tari dengan melonjak ke atas. Gerak ini dimaksudkan dengan menunjukkan perasaan berdebar antara sepasang kekasih, dimana menunggu kerestuan masing-masing kedua orang tua.

10. Gerak Tari Datang-endatangi
Gerak Tari ini menyiratkan proses sang lelaki saat meminang sang gadis. Saat gerakannya, Mereka akan saling mendekat dengan diikuti 2 kelompok penari.

11. Gerak Tari Rupa
Gerakan Tari Rupa merupakan sebuah proses realisasi mengantar kedua mempelai menuju pelaminan. Gerak ini menyiratkan perasaan sukacita yang begitu besar.

12. Gerak Tari Sapu Tangan
Gerak Tari Sapu Tangan ini menyiratkan sang pria dan gadis saling mengeluarkan sapu tangan saling terkait baik milik pemuda maupun gadis. Hal ini bermakna bahwa mereka tak akan terpisahkan.

TARI SIGEH PENGUTEN BERASAL DARI LAMPUNG

  Tari Sigeh Penguten merupakan salah satu tari kreasi baru dari daerah Lampung. Awalnya tari ini bernama tari Melinting dan tari Sembah, n...